UNTUK SEORANG SAHABAT.
Hari itu, dihari Minggu yang cerah, bulan Maret tahun 1983, aku senang sekali melihat wajahmu yang berseri seri, wajahmu yang manis semakin terlihat manis dan amat cantik, kau berdandan bagai seorang putri, senyum tak pernah lepas dari bibirmu, hari itu kau sahabatku, sedang menunggu kekasihmu dan keluarganya datang meminangmu dan sekaligus bertunangan.
Tentu aku pun ikut berbahagia, kuantar kau waktu pergi ke salon untuk merias diri. Kupandangi wajahmu yang ayu ...wajah yang sulit untuk menerima cinta lelaki.
Aku sempat sedih ketika setiap lelaki yang datang, engkau tolak dengan mentah mentah, tanpa kau berusaha mencobanya dulu.
Ketika kusarankan untuk dicoba berteman dulu, dengan tersenyum, kau menjawab saranku.." mbak IRA, mengenai hubungan ku dengan pria, aku tidak mau coba coba, aku harus bersikap tegas, IYA atau TIDAK. Kalau kulihat dari awal, aku sdh tidak bisa menerima nya di hatiku, untuk apa diperpanjang? Lagipula aku tidak mau diriku disebut gonta ganti pacar. Tidak ada dalam kamus hidupku .
Dewi sahabatku...! Itulah yang amat kukagumi dari dirimu, engkau mampu bersikap tegas meski dalam urusan hati sekalipun. Dan harga dirimu yang amat tinggi itu, telah meluluh lantakkan hati puluhan lelaki yang datang mendekatimu. Aku selalu menjadi saksi setiap lelaki yang mencoba mendekatimu. Aku sendiri heran, pria seperti apakah yang kau nantikan? sungguh aku sangat penasaran, semoga ketika kau menentukan pilihan hatimu, aku masih sempat menyaksikan dan aku masih menjadi sahabat terbaikmu.
Ternyata doaku terkabul, menjelang lulus dari kuliah kita, engkau perkenalkan seorang lelaki yang sungguh sangat super untuk ukuran saat itu. Tinggi gagah ganteng, amat romantis , sudah bekerja du BUMN terkenal, dan lulusan sekolah tehnik terhebat di negeri ini.
Wow...aku baru menyadari, ternyata sahabatku ini mempunyai kriteria yang sungguh amat luar biasa.
Aku tak tahu proses nya, bagaimana kau sampai bisa jatuh cinta, karena saat itu kita sudah jarang ketemu, karena kuliah sudah selesai, kita tinggal mengurus persyaratan yudisium dan menunggu wisuda.
aku baru kau hubungi lagi sehari menjelang kau dilamar kekasihmu, engkau menyuruhku datang ke rumahmu, karena kau akan di Pinang pujaan hatimu, dan sekaligus bertunangan. Tak terlukiskan betapa aku sungguh sangat bahagia. Temanku, sahabatku sudah menemukan tambatan hatinya, yang sungguh luar biasa. Tidak sia sia dia selalu kukuh pada pendiriannya, bahwa dia tidak mau sembarangan menerima setiap lelaki yang datang, kalau hatinya tidak benar benar cinta.
DEWI SAHABATKU, ternyata nasib baik belum berpihak padamu, kau yang sudah berdandan dari pagi hari, orang tuamu yang sudah menyiapkan hidangan, dan familimu yang sudah datang ke rumahmu, dibuat amat kecewa, karena sampai sore hari , kekasih hatimu dan keluarganya tidak muncul.
Kau terkantuk kantuk di kamarmu, karena kelelahan menunggu, dan aku hanya bisa prihatin, rasanya ingin teriak dan ingin membunuh saja orang yang tidak punya perasaan seperti itu.
Namun, ketika kulihat wajahmu, samasekali tidak terlihat kecemasan, sedih atau benci...engkau tetap seperti sahabatku yang kukenal, diam tenang dan amat pandai menyimpan rahasia hati.
DEWI...aku tidak tahu bagaimana perasaan mu yang sebenarnya, namun dari luar kau tetap tenang dan bisa tersenyum serta bisa bersikap tegas. Kepada orang tua dan familimu, kau minta disudahi saja acara menunggunya, kau akan urus dengan kekasihmu, dan mohon maaf untuk waktu yang mereka luangkan.
Sungguh luar biasa, tak setetes pun airmatamu tumpah, tidak sedikitpun tergores diwajahmu kesedihan. Mungkin karena sikapmu yang demikian, kulihat orang tuamu, dan saudara serta familimu, juga bersikap biasa saja.
DEWI..., aku membantumu menghapus riasan wajahmu, mengurai sanggul yang cantik dikepalamu, dan melipat kebaya dan kain yang sudah kau buka.
Kau dengan yakin nya bilang padaku, bahwa sebentar lagi ada telegram dari kantor post untukmu.
Waktu itu kami belum mengenal HP, di rumah pun belum ada tilpon. Jadi komunikasi hanya lewat surat atau telegram.
Dan ternyata kau benar, ada telegram untukmu dari kekasihmu, yang mengatakan dia harus tugas Luar Negeri secara mendadak, dan setibanya dari luar Negeri akan langsung ke rumahmu.
Kulihat kau tersenyum kecil dan wajahmu biasa biasa saja, tidak tampak ada kegembiraan atau apapun. Datar dan tenang seperti sungai yang mengalir dengan tenang, tiada riak dan ombak samasekali.
Dewi sahabat terbaikku, sebetulnya aku malah khawatir melihat reaksimu yang tidak wajar. Sebetulnya aku ingin melihat kau menangis ,teriak atau mengumpat. Biar terangkat beban dari hatimu. Karena aku tahu pasti, meskipun diluar kau kelihatan tenang, namun hatimu TIDAK BEGITU.
Tapi kau tetaplah sahabatku dulu, yang pantang memperlihatkan suasana hati. Pantang menunjukkan kesedihan dihadapan orang dan kau sangat keras kepala, bila menyangkut harga diri.
Aku tahu, harga dirimu terluka sahabatku, aku tahu jiwamu terguncang, cinta putihmu yg kau persembahkan kepada seorang untuk pertama kalinya, ternyata dipermalukan seperti ini.
Sampai aku pulang dari rumahmu, kau tetap menunjukkan wajah manismu seperti biasa, malah kau sempat mengantarku keluar dan menunggu kendaraan yang datang. Berkali kali kau mengucapkan terimakasih dan mohon maaf, meskipun aku sama sekali tidak mengharapkan itu.
Tepat sepuluh hari setelah lamaran yang batal itu, aku mendapat kabar darimu, bahwa kekasihmu datang ke rumah dengan saudara tertuanya.Dia bersikukuh karena tugas, dan kau juga bersikukuh tidak percaya.
Akhirnya kekasihmu bilang, memang ada masalah sedikit, dan masalah itu akan terselesaikan kalau kau mau diajak ke Jakarta menemui orang tuanya. Tentu itu sangat tidak mungkin...karena kau dan keluargamu sangat ketat menjunjung tinggi etika dan moral. Pantang bagimu pergi jauh dengan orang yg bukan muhrim. Dan keluargamu juga tidak setuju kalau kau ikut ke Jakarta.
Suasana benar benar sangat tegang. Kekasihmu sampai berlutut memohon, agar kau mau diajak menemui orang tua nya. Sampai disini kau dan orang tuamu menganggap bahwa orang tuanya tidak menyetujui kamu menjadi menantunya, ternyata perkiraanmu salah....!
Karena keesokan harinya kau menerima sepucuk surat dan 3 lembar foto dari seorang wanita yang mengaku calon istri kekasihmu. Ternyata kekasihmu telah bertunangan denga wanita lain.
Yah...Wati nama wanita itu, memberitahumu, bahwa dia adalah tunangan kekasihmu. Meskipun tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mereka bertunangan secara diam diam, karena Wati sudah kehilangan keperawanan nya.
DEWI....sekali lagi aku menangis untukmu, seandainya aku yang mengalami hal ini, pasti aku sudah tidak sanggup lagi. Aku akan hancur, terpuruk dan putus asa. Namun kau tidaklah demikian, dengan sikap tegarmu, kau kembalikan cincin pertunangan yg sempat dibuat, kepada wanita itu. Kau balas suratnya, dan kau berpesan agar menjaga calon suaminya dengan baik , supaya tidak kemana mana menjerat gadis baik baik, supaya TUDAK ADA KORBAN LAGI.
Dan, kepada kekasihmu, kau memutuskan hubungan, dan tmeminta dia agar menjauhimu dan tidak menghubungimu lagi.," Selamat tinggal, mulai sekarang kita tidak ada hubungan apa apa lagi" .Hanya itu, tanpa kata makian atau celaan. duh..sungguh kau memang wanita luar biasa, dalam memendam rasa dan sakit hati, dan aku tahu sebabnya, adalah harga dirimu yang amat tinggi menghalangi kau untuk menunjukkan kesedihanmu.
Sebulan setelah itu, kau datang ke rumahku. Tentu aku dan keluargaku sangat senang, sudah kangen lama tidak ketemu. Kau bilang bahwa kau baru selesai mmberi kuliah, dan tiba tiba pingin mampir.
Karena penasaranku belum terjawab, maka kuberanikan diri untuk bertanya tentang sikapmu....kok bisa kamu bersikap setenang itu?
Alhamdulillah kau tidak marah, dengan tersenyum kamu bilang...
" Mbak Ira , aku bukan manusia super, aku adalah wanita biasa, sama seperti yang lain, bila sedih aku pasti ingin menangis dan berteriak. Namun...cintaku pada Ayah Bundaku, menghalangi aku berbuat itu. Aku tidak tega di usia tua mereka, aku membuat kesedihan dan rasa malu seperti itu, bila aku terpuruk , maka mereka akan lebih sedih lagi, dan bila aku tenang dan tidak sedih, maka mereka bisa juga tenang. Dan mbak Ira lihat sendiri bukan? Ayah Bundaku tidak terlalu bersedih karena aku tetap Dewi nya yg dulu, yang tenang, tegar dan tidak putus asa".
Aku menjawab, iya benar, aku menyaksikan nya.
Lalu kenapa kau begitu tegas memutuskan hubungan? Bukankah kalau kau mau, kekasihmu pasti memilihmu? Dan orang tuanya juga kan merestuimu, bahkan kalau kau setuju menikah dengan kekasihmu, orang tuanya akan langsung menikahkan? Dengna demikian rasa malu dirimu dan keluargamu akan terhapus. ?
Dengan tersenyum, kau menjawab dengan tegas. Mbak Ira ..bagiku masa depan amatlah penting. Aku TIDAK MAU MEMPERTARUHKAN MASA DEPANKU, kepada orang yang tidak JUJUR, tidak setia dan tidak bertanggung jawab seperti itu. CINTA PUTIHKU yang kujaga hingga puluhan tahun, tidak akan Kutitipkan kepada orang seperti itu. Dia tidak pantas menerima cintaku.
Bagi saya mbak Ira, menghadapi rasa malu sekarang, itu lebih baik dari pada penderitaan hidup selamanya. Rasa malu akan berlalu dengan berlalunya waktu, dan aku masih bisa melanjutkan hidupku. Toh aku tidak kehilangan apapun, tidak ada yang dia curi dariku, aku masih seperti yang dulu.
Alasan kedua, aku tidak tega merebut kekasih orang, meski dia mencintaiku setinggi gunung pun, aku lebih baik mengalah, karena Wati telah kehilangan yang paling berharga dalam hidupnya, sedangkan aku tidak kehilangan apapun. Aku masih utuh dan suci.
Yang ketiga, aku yakin, masih ada banyak pria baik diluar sana yang pantas menerima amanah
cintaku. Yang setia dan jujur, yang mencintaiku Dengan tulus, yang bisa menjadi imanku dunia akherat. Aku tidak akan pernah putus asa dari rahmat ALLAH SWT, INSYAALLAH.
SUBHANALLAH...DEWI, kau memang sungguh perempuan langka, kau tidak egois dan kau sangat berbakti pada orang tuamu, serta mempunyai keyakinan yang luar biasa kepada takdir dan ketentuan Allah. Entah mengapa aku juga yakin, bahwa tidak terlalu sulit bagimu, mencari pengganti SUSILO, kekasihmu. Karena pria yang menghampirinya seolah tidak pernah surut.
Aku berdoa untukmu sahabatku, semoga segera ALLAH menemukan dengan orang yang pantas menjadi imam mu dunia akherat.
Sudah lebih dari lima bulan aku tidak sempat bertemu denganmu, pekerjaan ku sebagai Guru, dan kau sebagai dosen, terlalu menyita waktu kita sehingga kita tidak pernah bertemu.
Sampailah ketika aku akan menikah , kau kukirimi undangan. Kau tidak datang waktu pestanya, namun keesokan harinya kau datang ke rumah , dengan seorang lelaki tampan yang gagah dan mapan.
Ohhh...betapa bahagianya hatiku, ternyata kau sudah menemukan tambatan hati. Kita berpelukan lama sekali, tak ada yang mengeluarkan kata kata, seolah pelukan kami sudah mengatakan banyak hal.
Aku lihat kau menitikkan airmata, hal yang jarang kau lakukan. Tapi kamu berbisik, itu adalah airmata bahagia untukku..!
Dan yang lebih membuatku suprise adalah di jari manismu sudah ada cincin pertunangan.
Agak dongkol juga sih, kenapa aku tidak diberitahu, namun aku tidak berani protes, karena akupun tidak memberitahunya tentang pertunanganku.
Maaf Dewi kalau kisahmu kuabadikan dalam cerita ini. Aku hanya ingin orang lain tahu, bahwa tidak selamanya penderitaan membuat orang terpuruk. Buktinya? Kau mampu berdiri tegak, mampu menghadapi masa depan denga yakin dan mantap, meski engkau baru diterpa badai.
Kau adalah wanita yang sangat RASIONAL. Kau mampu berpikir mengalahkan perasaanmu. Mampu berbuat yang masuk akal, dan tidak mau mengambil jalan pintas, bila itu hanya untuk melarikan diri dari masalah.
MASALAH ITU UNTUK DIHADAPI MBAK! BUKAN UNTUK DIHINDARI, apalagi kalau harus lari...!
Itu kata katamu yang selalu kuingat.
Sekarang ini, aku tidak tahu kabarmu. Namun aku yakin, kau sudah hidup berbahagia dengan suami dan putra putrimu. Semoga suatu saat kalau kita bertemu, engkau tetap Dewi yang kukenal dulu, yang selalu tegar dan kuat menerima ujian apapun dalam hidup. Aku mengagumimu sahabat...!
Mengagumi ketegaranmu, mengagumi cara berpikirmu dan mengagumi empatimu pada orang lain.
Dewi Sahabatku. Aku merindukanmu.
Minggu, 29 Januari 2012
Jumat, 20 Januari 2012
TERNYATA BERDIALOG DENGAN DIRI SENIDIRI ITU PERLU.
SEBUAH PENCERAHAN
Kadang dunia seolah mau runtuh....kadang pikiran sudah penuh sesak, dan terkadang HATI seolah sudah tidak bisa menampung lagi berbagai problema kehidupan. Kalau perasaan ini kita ikuti, maka hati akan semakin melemah...kesehatan menurun dan daya juang akan menipis.
Lalu apa sebaiknya yang kita lakukan, bila kita sedang mengalami kondisi seperti yang saya sebutkan diatas?? Pertama adalah, menerima segala hadiah Allah yang diberikan kepada kita dengan IHLAS. Hadiah Allah kepada hamba NYA tidak hanya berupa kebahagiaan. Karena sejatinya sakit atau derita itu juga hadiah. Bila kita bisa menerima dengan Ihlas maka akan mudah menghadapin berbagai masalah dalam hidup kita.
Langkah kedua adalah berdialog dengan diri sendiri dulu, sebelum melangkah mengetasi berbagai masalah yang timbul. Ketika hati sudah kacau, ketika pikiran sudah buntu, dan ketika kesedihan seolah tak tertahankan....! Maka ajaklah hatimu untuk berdialaog. Jangan dulu menyalahkan orang lain, atau menyerah putus asa. Kalau kita mau introspeksi kedalaman diri sendiri , Insyaalloh akan mendapat penyebab dari kekacauan pikiran kita, dan pada akhirnya kita bisa menyelesaikan masalah yg ada.
Kuncinya adalah JUJUR PADA DIRI SENDIRI. Agar dialog kita bida menghasilkan sesuatu yang bermanfaat buat penyegaran diri, maka Jujurlah pada hatimu. Akui kesalahan dan akui kelemahanmu sebagai manusia. Serta cari penyebab semua masalah yang sdg kau hadapi. Dialog dengan diri sendiri serta diikuti dengan perenungan yang dalam akan hakekat dari permasalahan yang sedang menimpa kita, Insyaalloh akan melahirkan cara pandang yang baru, semangat baru dan keputusan baru yang mampu menyelesaikan apapun bentuk masalah yang kita hadapi. Jadi berdialoglah dengan diri sendiri dulu! Sebelum curhat ke orang lain. Kadang hati nuranimu lebih jujur berucap daripada teman baikmu sekalipun.
Kadang dunia seolah mau runtuh....kadang pikiran sudah penuh sesak, dan terkadang HATI seolah sudah tidak bisa menampung lagi berbagai problema kehidupan. Kalau perasaan ini kita ikuti, maka hati akan semakin melemah...kesehatan menurun dan daya juang akan menipis.
Lalu apa sebaiknya yang kita lakukan, bila kita sedang mengalami kondisi seperti yang saya sebutkan diatas?? Pertama adalah, menerima segala hadiah Allah yang diberikan kepada kita dengan IHLAS. Hadiah Allah kepada hamba NYA tidak hanya berupa kebahagiaan. Karena sejatinya sakit atau derita itu juga hadiah. Bila kita bisa menerima dengan Ihlas maka akan mudah menghadapin berbagai masalah dalam hidup kita.
Langkah kedua adalah berdialog dengan diri sendiri dulu, sebelum melangkah mengetasi berbagai masalah yang timbul. Ketika hati sudah kacau, ketika pikiran sudah buntu, dan ketika kesedihan seolah tak tertahankan....! Maka ajaklah hatimu untuk berdialaog. Jangan dulu menyalahkan orang lain, atau menyerah putus asa. Kalau kita mau introspeksi kedalaman diri sendiri , Insyaalloh akan mendapat penyebab dari kekacauan pikiran kita, dan pada akhirnya kita bisa menyelesaikan masalah yg ada.
Kuncinya adalah JUJUR PADA DIRI SENDIRI. Agar dialog kita bida menghasilkan sesuatu yang bermanfaat buat penyegaran diri, maka Jujurlah pada hatimu. Akui kesalahan dan akui kelemahanmu sebagai manusia. Serta cari penyebab semua masalah yang sdg kau hadapi. Dialog dengan diri sendiri serta diikuti dengan perenungan yang dalam akan hakekat dari permasalahan yang sedang menimpa kita, Insyaalloh akan melahirkan cara pandang yang baru, semangat baru dan keputusan baru yang mampu menyelesaikan apapun bentuk masalah yang kita hadapi. Jadi berdialoglah dengan diri sendiri dulu! Sebelum curhat ke orang lain. Kadang hati nuranimu lebih jujur berucap daripada teman baikmu sekalipun.
Rabu, 18 Januari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)